PENGANTAR MATA PELAJARAN TINJAUAN SENI
“Seni” dikatakan sebagai benda artefak dan nilai yang muncul terhadap suatu karya cipta manusia. Pengertian (arti) seni yang muncul dan berkembang di kalangan masyarakat, ternyata melahirkan ilmu seni yang secara bertahap telah terstruktur dalam spesifikasi bidang-bidang seni. Tinjauan seni dalam kaitan materi “Dasar Seni dan Desain” ditujukan untuk melihat secara garis besar konsep dalam proses mencipta karya seni, sebagai dasar/landasan dalam menilai dan mencipta karya seni yang lebih spesifik.
A. Ekspresi Seni
Kita sering mendengar ucapan bahwa seni itu ekspresi. Ekspresi seolah identik dengan seni. Tetapi apakah ekspresi itu? Ekspresi adalah `sesuatu yang dikeluarkan', seperti cairan gula yang dikeluarkan manakala tebu diperas. Seperti tindakan mengamuk yang dikeluarkan manusia saat ia ditekan perasaan marah. Seperti derasnya arus perasaan cinta yang dikeluarkan orang saat ia memeluk dan membelai seseorang yang dicintainya. Apakah ekspresi seni juga semacam itu?
Seni memang merupakan ekspresi perasaan dan pikiran. Tetapi, mampukah seseorang yang sedang marah, sedang mabuk cinta, sedang dihimpit kesedihan, mengekspresikan sesuatu yang disebut seni? Kemarahan, kesedihan, kegembiraan, dan aneka perasaan lain terjadi secara spontan, simultan, sehingga si individu larut dalam perasaan tersebut. la dikuasai perasaan dan melakukan sesuatu untuk menyalurkan gejolak perasaannya itu dengan memeluk, membanting piring, menangis, melonjak-lonjak. Dalam situasi perasaan semacam itu, dapatkah orang mengekspresikan perasaan-nya dalam karya seni? Orang yang sedang sedih, bahkan dalam gairah kegembiraan, tak mungkin melahirkan karya seni. Seni baru lahir setelah perasaan itu menjadi pengalaman.
Dalam seni, perasaan harus dikuasai lebih dahulu, harus dijadikan objek, dan harus diatur, dikelola, dan diwujudkan atau diekspresikan dalam karya seni. Istilah populernya `perasaan harus diendapkan dahulu'. Perasaan tertentu itu telah berjarak dengan seniman. Dan, dalam kondisi semacam itu, barulah seniman dapat mengekspresikan perasaannya. Sebab, ekspresi perasaan dalam seni hanya dapat terjadi dalam suasana perasaan `sekarang' yang santai, bahkan dalam suasana kegembiraan mencipta. Seorang seniman menciptakan karyanya dalam suasana gairah, gembira, senang. Tak mungkin dalam suasana sedih seorang seniman menciptakan karyanya. Jadi, ekspresi dalam seni adalah mencurahkan perasaan tertentu dalam suasana perasaan gembira. Perasaan marah atau sedih dalam ekspresi seni juga harus dilakukan pada waktu senimannya sedang `tidak marah atau sedih'. Dengan demikian jelaslah bahwa kualitas perasaan yang diekspresikan dalam karya seni bukan lagi perasaan individual, melainkan perasaan yang universal. Perasaan yang dapat dihayati oleh orang lain, sekalipun jenis perasaan itu belum pernah dialami oleh orang lain. Ini dapat terjadi karena pengalaman perasaan sang seniman telah dijadikan objek, telah berjarak dengan dirinya. Perasaan tersebut telah menjadi masa lalu.
Dari mana unsur perasaan dalam karya seni itu timbul? Perasaan itu merupakan respons individu terhadap sesuatu di luar dirinya, yakni lingkungan hidupnya. Tetapi, dapat juga perasaan itu, respons rasa itu, muncul dari gagasan atau idenya sendiri. Kalau perasaan itu muncul dari luar dirinya, dari suatu stimulus, yang terjadi adalah tindakan mengekspresikan perasaan itu (dari stimulus) ke luar dirinya dalam bentuk benda seni. la berjuang dengan medium seni yang dipakainya. Di sini dituntut ketrampilan, atau penguasaan teknis atas mediumnya. Dan, dalam pergulatan ini, seniman meraba-raba melalui mediumnya untuk menemukan kesesuaian perasaannya dengan wujud yang tengah dicarinya. Perasaan itu, yang muncul secara tak jelas dari dalam dirinya, karena adanya suatu ide atau mungkin karena intuisi, meraba-raba mencari bentuk di luar dirinya.
Pada umumnya tindakan mewujudkan ekspresi dalam seni itu dilakukan dengan spontanitas perasaan pula, yakni perasaan “sekarang” selama proses penciptaan, yang dapat hanya beberapa menit sampai beberapa tahun. Perasaan objektif seniman lebur dalam kegembiraan ekspresi keseniannya melalui medium seni. Tetapi, karya seni bukan semata-mata ekspresi perasaan. Seni juga merupakan ekspresi nilai, baik nilai esensi (makna), nilai kognitif (pengetahuan, pengalaman), dan nilai kualitas mediumnya. Nilai-nilai itu ada dalam diri seniman sebagai pengalaman nilai masa lampaunya (sebelum penciptaan). Nilai-nilai inilah yang menentukan isi, makna, substansi dari seni. Dengan demikian, dalam tindakan ekspresi seni terjadi persekutuan antara tindakan ekspresi “sekarang” dan ekspresi “nilai-nilai masa lampau”. Ekspresi perasaan sekarang ini kadang begitu kuat, sehingga seniman kadang bekerja di luar kontrol dirinya. Satu-satunya pegangan hanyalah hasil temuan bentuknya selama ia bergulat dengan mediumnya. Baik perasaan masa lalu maupun perasaan pada proses penciptaan dikendalikan oleh nalurinya terhadap bentuk. Bentuk yang merupakan ekspresi inilah yang menjadi stimulus orang lain untuk dapat merangsang timbulnya perasaan serupa atau hampir serupa.
Unsur perasaan dalam ekspresi seni dapat ditelusuri dari mana asalnya, ke mana arahnya, dan tentang apa. Maka, dalam seni dikenal ada objek seni, sikap seniman, dan perasaan seni. Objek seni atau stimulus dapat saja berupa orang sakit. Sikap seniman terhadap orang sakit mungkin saja sinis karena pengalaman nilai seniman menyatakan bahwa hidup manusia itu rapuh, fana. Akibatnya, perasaan yang muncul itu humor pahit. Orang sakit dapat mendatangkan perasaaan geli akibat takdir manusia yang rapuh. Bagaimana perasaan itu diwujudkan sangat tergantung pada kecekatan seniman dalam mew-ujudkannya melalui medium yang dipilihnya. Di sini akan terjadi proses seleksi material dan penajaman atau fokus terhadap perasaan yang ingin diekspresikannya. Di sini aspek individual seniman muncul, bagaimana ia berperasaan terhadap suatu stimulus yang dapat amat berbeda dengan tanggapan individu seniman lain.
Adanya seleksi dan penajaman perasaan terhadap suatu stimulus akan melahirkari intensitas perasaan yang diekspresikan. Perasaan tertentu dalam seni dapat begitu tajam dan menggores karena senimannya berhasil mengekspresikan pengalaman perasaannya itu dengan pilihan yang tepat dan sasaran yang tegas. Perasaan humor pahit dalam karya seni dapat muncul begitu mengesankan karena seniman berupaya mewujudkan pengalaman perasaannya tadi secara efektif dan efisien.
Comments
Post a Comment